ISU MERGER HANGATKAN DUNIA KEMARITIMAN

Rencana merger yang melibatkan perusahaan kemaritiman kelas dunia menghangatkan komunitas pelayaran internasional menjelang tutup tahun 2012. Rencana merger pertama menyeruak dari bisnis klasifikasi kapal. Menurut koran Lloyd’s List, klasifikasi Norwegia Det Norske Veritas (DNV) tengah melobi klasifikasi Jerman Germanischer Lloyd/GL agar mau bergabung denga
n mereka. Tawaran DNV ini merupakan yang kedua bagi GL. Sebelumnya klasifikasi Prancis Bureau Veritas (BV) pernah juga menawari perusahaan yang bermarkas di Hamburg itu untuk merger pada 2006.

Tawaran DNV disikapi dingin oleh eksekutif GL. Kepada surat kabar Jerman Die Welt mereka mengatakan: “Germanischer Lloyd will not be sold”. Tapi penolakan ini tidak menutup kemungkinan merger antara DNV dan GL karena keputusannya ada di tangan Gunter and Daniela Herz, pemilik jaringan coffee shop Tchibo yang juga pemilik 100 persen saham GL. Jika rencana merger ini berjalan mulus, pasangan ini akan melepas 70 persen saham mereka kepada DNV.

Rencana merger kedua melibatkan dua perusahaan peti kemas asal Jerman, Hambur Sued dan Hapag Lloyd. Kantor berita Reuters melaporkan, kedua perusahaan itu kini tengah merundingkan syarat-syarat merger. Jika kedua pelayaran itu jadi bergabung, mereka akan mengendalikan 250 armada kapal kontener dengan perkiraan pendapatan 13 milyar dollar AS per tahun.

Saham Hapag Lloyd, perusahaan pelayaran peti kemas nomor 5 terbesar dunia, dimiliki oleh Klaus-Michael Kuehne, bos perusahaan logistik Swiss Kuehne & Nagel sebesar 28 persen, Kota Hamburg 27 persen, dan grup operator pariwisata Jerman TUI AG 22 persen. Sementara Hamburg Sued adalah perusahaan pelayaran yang didirikan pada 1871 dengan jumlah staf mencapai 4,468 orang. Pada 2011, perusahaan ini membukukan keuntungan sebesar 6,25 milyar dollar AS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membedah Pengenaaan CHC dan THC di Pelabuhan

In search for a new IMO Secretary-General – assessing Indonesia’s strength at the Global Maritime Forum

Mungkinkah TNI-AL menjadi blue-water navy (kembali)?