Menyibak Potensi Indonesia sebagai Basis Kapal Yacht

Sebagai negara kepulauan terbesardidunia, Indonesia dikaruniai banyak kelebihan, salah satunya sebagai segi tiga terumbu karang (coral triangle) dunia. Kita tidak banyak tahu tentang ini barangkali.

Tidak seperti kelebihan lain, semisal panjang pantai yang mencapai 81.000 km dan luas laut 5,8juta km persegi, sepertinya semua kita sudah mafhum. Segi tiga terumbu karang adalah istilah geografi yang mewakili suatu daerah berbentuk hampir segi tiga dari perairan tropis di wilayah Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste.

Perairan ini mengandung 500 spesies pembentuk terumbu karang di setiap ecoregion. Bagi pencinta kapal yacht di dunia keragaman yang tersimpan di kawasan segi tiga terumbu karang tadi merupakan surga idaman. Mereka dapat dipastikan akan mendatangi kawasan itu dengan peralatan selamnya. Soalnya, sebagian besar mereka yang menggunakan yacht adalah para penyelam dan penikmat aktivitas kemaritiman lain.

Bagi Indonesia kondisi itu tentulah merupakan sebuah kesempatan untuk menghasilkan keuntungan dalam bentuk devisa dan berbagai multiplier effect lain jika bisa dikelola dengan baik. Singkat kata, coral triangle yang kita miliki bisa menjadikan Indonesia sebagai basis kapal yacht kelas dunia.

Industri Kapal Yacht

Kapal yacht, danjugakapal boat, adalah jenis transportasi laut yang dimensinya lebih kecil dari kapal biasa (sering diistilahkan dengan ship atau vessel). Karena berdimensi lebih kecil dari ship, kapal yacht dan boat bisa didesain dengan lebih bebas sesuai dengan kreativitas sang desainer serta dapat diproduksi di galangan yang relatif sederhana dengan bahan dasar yang juga beragam.

Mulai dari kayu, komposit(fiberglass dan ferro cement), hingga metal/logam. Untuk menggerakkannya bisa digunakan angin atau mesin. Bisnis yachtdan boatterbilang usaha yang cukup profitable. Pada 2010, misalnya, industri kapal yacht dan boat di Eropa menghasilkan 6 miliar euro. Income sebesar ini dihasilkan sekitar 3.000 galangan yang memberdayakan lebih kurang 46.000 pekerja.

Menariknya adalah multiplier effect dari sektor ini terhadap perekonomian Benua Biru. Bidang-bidang yang terkait dengan yacht dan boat seperti hotel, restoran dan sebagainya menyerap 234.000 pekerja yang dipekerjakan 37.200 perusahaan yang 97% di antaranya tergolong usaha kecil dan menengah (UKM). Adapun, pendapatan sektor pendukung ini mencapai 20 miliar euro (sebelum krisis ekonomi 2008–2009 pendapatannya mencapai 23,4 miliar euro).

Bisnis yacht Eropa dapat berkembang dengan baik karena sekitar 48 juta penduduknya adalah orang-orang yang menyukai maritime leizure semisal menyelam, berselancar angin dan lainlain. Dari jumlah ini 36 juta di antaranya adalah pengguna boat. Ini tidak mengherankan karena rasio kepemilikan boat mereka adalah 1:164.

Eropa juga merupakan pangkalan bagi 6,3 juta boat dunia yang sebagian besar berukuran kecil. Boat sebanyak ini diparkir di sekitar 4.500 marina yang menyediakan 1,75 juta tambatan/berth. Marina ini tersebar di pinggir sungai maupun pesisir pantai di seantero Eropa (2.000 di Eropa Utara, 800 di pantai Atlantik dan 1.200 di laut Mediterania).

Potensi Indonesia

Potensi Indonesia dalam percaturan bisnis yacht global ada dua, yakni sebagai destinasi dan penyedia kebutuhan kapal yacht. Dari sisi destinasi, Indonesia merupakan bagian dari coral triangle dengan 500 spesies terumbu karang. Sayangnya, potensi ini belum digali dengan baik. Walhasil, yacht yang berkunjung ke kawasan segi tiga ini lebih banyak parkir di Singapura (terdapat antara lain, di Keppel Bay dan Changi). Sementara, di Malaysia jumlah marina mencapai 22 yang sebagian besar terletak di Pulau Langkawi.

Di Indonesia yang bisa disebut marina (dermaga lengkap dengan fasilitas pendukungnya) baru ada dua, Marina Batavia, Jakarta, dan Nongsa Point, Batam, Kepulauan Riau. Yang terakhir ini dimiliki dan dioperasikan Keppel Singapura. Bagaimana dengan marina di Ancol? Maaf itu bukan marina, hanya “parit” besar. Sebetulnya masih banyak daerah di Indonesia yang bisa dijadikan marina. Misalnya, Labuan Bajo dan Kepulauan Rinca di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat, dan daerah lain yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Pemanfaatan potensi segi tiga terumbu karang yang kita miliki sebagai destinasi kapal yacht dunia sudah dikukuhkan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No 79 Tahun 2011 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) ke Indonesia. Potensi kedua, sebagai penyedia kebutuhan kapal yacht, juga bisa dilakukan Indonesia mengingat dukungan untuk itu telah tersedia. Salah satunya adalah Standar Kelaiklautan Kapal Non-Konvensi Berbendera Indonesia atau Non-Convention Vessel Standar (NCVS).

Keberadaan standar ini sangat diperlukan mengingat kapal yacht memiliki standar yang berbeda dengan kapal konvensi (SOLAS). Karena sudah memiliki NCVS, galangan kapal boat di Indonesia dapat disejajarkan dengan fasilitas yang sama di luar negeri.
dunia, Indonesia dikaruniai banyak kelebihan, salah satunya sebagai segi tiga terumbu karang (coral triangle) dunia. Kita tidak banyak tahu tentang ini barangkali.

Sumber: Koran Sindo (http://www.koran-sindo.com/node/320518)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membedah Pengenaaan CHC dan THC di Pelabuhan

In search for a new IMO Secretary-General – assessing Indonesia’s strength at the Global Maritime Forum

Mungkinkah TNI-AL menjadi blue-water navy (kembali)?