Poros Maritim dan Urgensi Universitas Maritim
Setelah
sekian lama disiapkan, akhirnya lembaga pendidikan tinggi milik BUMN
kepelabuhanan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dibuka. Tak
tanggung-tanggung, Presiden Joko Widodo langsung yang meresmikannya di Ciawi,
Jawa Barat. Dinamai IPC Corporate University – Pelindo II kini lebih sering
menyebut dirinya dengan singkatan IPC/Indonesia port Corporation - kampus
tersebut akan fokus dalam pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia bidang
logistik, kepelabuhanan dan maritim.
Apa
yang dilakukan oleh Pelindo II makin menambah jumlah lembaga pendidikan tinggi
yang concern terhadap tiga program
studi di atas yang selama ini telah digeluti pula oleh berbagai akademi maritim
dan universitas, negeri maupun swasta, di seluruh Tanah Air.
Suatu
hal yang patut diapresiasi, terlebih lagi Pelindo II juga memberikan kesempatan
yang luas kepada pihak di luar perusahaan untuk mengecap pendidikan di
universitas mereka. Kendati, kampus ini sebenarnya merupakan sebuah fasilitas
pelatihan internal (in-house training)
yang dikhususkan bagi karyawan.
Tanpa
bermaksud mengurangi apresiasi terhadap pencapaian yang dilakukan oleh IPC,
kita sebetulnya saat ini lebih membutuhkan kehadiran sebuah universitas maritim
atau maritime university dibanding
lembaga pendidikan lainnya. Kok, bisa begitu? Lantas, kampus-kampus yang selama
ini memiliki program studi kemaritiman, termasuk yang dibina oleh IPC Corporate
University, tidak dapat disebut sebagai universitas maritim?
Aiyub
Mohsin, mantan duta besar Indonesia di Vietnam, sebagaimana pernah diberitakan
oleh media massa tahun lalu, tak lama setelah Presiden Joko Widodo menggenggam
kekuasaan kepresidenan, mengusulkan agar Indonesia segera mendirikan
universitas maritim untuk mendukung visi mantan Wali
Kota Solo itu menjadikan negeri ini sebagai poros
maritim dunia. Dari pernyataan His Excelency itu, Indonesia jelas tidak
memiliki universitas maritim. Indonesia kalah dengan Vietnam yang telah lebih
dahulu membuka universitas maritim.
Lalu,
apa itu universitas maritim? Agak sulit mendefinisikannya. Karenanya, lebih
baik melihat karakteristiknya saja. Ada beberapa karakteristik yang harus
dimiliki sebuah kampus supaya dapat disebut universitas maritim.
Pertama,
program yang ditawarkan mencakup seluruh bidang kemaritiman yang ada, tidak
terfokus pada satu bidang saja. Misalnya, pelayaran, logistik, kepelabuhanan,
teknologi maritim, manajemen maritim, hukum maritim, bisnis maritim dan lain
sebagainya.
Kedua,
program yang ada diajarkan dalam berbagai sekolah (school) yang disiapkan khusus untuk itu. Dan, sekolah ini menaungi
strata pendidikan mulai dari level undergraduate
hingga postgraduate. Sebagaimana
lazimnya, mahasiswa pada level undergraduate
dipersiapkan untuk masuk langsung ke dunia kerja di bidang kemaritiman begitu menyelesaikan
masa studinya dengan posisi operator/teknisi di tempat mereka bekerja kelak.
Sementara, jebolan graduate dan postgraduate dididik untuk mengisi
posisi manajer hingga jabatan puncak.
PEMERINTAH ATAU
SWASTA
Untuk
mendirikan universitas maritim di Indonesia, inisiatornya bisa dari pemerintah
atau kalangan swasta. Adapun pemerintah bisa saja dari pemerintah pusat atau
pemerintah daerah, tergantung siapa yang berminat dan siap mewujudkan lembaga
pendidikan tinggi itu sesegera mungkin. Kata kuncinya memang kecepatan; makin
cepat universitas maritim ditubuhkan, makin baik dunia maritim Indonesia ke
depannya.
Adalah
sebuah ironi ketika sebagai bangsa kita membicarakan poros maritim dengan
berbagai turunannya, sayangnya aspek pendidikan luput dari perhatian. Jika
dihitung dari sejak diberitakannya usulan mantan Duta Besar Aiyub Mohsin oleh
media massa, yakni November 2014, berarti telah berlalu enam bulan tanpa
terdengar adanya wacana, langkah persiapan atau sejenisnya terkait pendidikan
bagi mereka yang akan menjalankan poros maritim.
Sepertinya
kita merasa cukup dengan kinerja akademi maritim maupun universitas yang ada
dalam memasok sumberdaya manusia untuk kebijakan tersebut. Namun, poros maritim
bukan hanya soal transportasi atau logistik. Ia lebih luas dari kedua bidang
tersebut dan karenanya bukan hanya pelaut atau ahli kepelabuhan saja yang
butuhkan untuk mewujudkannya. Poros maritim membutuhkan ahli-ahli kemaritiman
lainnya yang pendidikannya hanya bisa disediakan di universitas maritim.
Masih
belum terlambat untuk mewujudkan universitas maritim. Langkah awalnya bisa
dengan mengadakan pertemuan nasional dengan menghadirkan pakar-pakar
kemaritiman yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam pertemuan itu mereka membahas berbagai
aspek terkait dengan pendirian universitas maritim seperti kurikulum, modul dan
sebagainya.
Begitu
kita mampu mendirikan universitas maritim, dunia akan berlomba mendukung kita.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia adalah ‘laboratorium
kemaritiman’ terbesar, dunia akan melakukan apa saja agar bisa memanfaatkan
fasilitas tersebut.
Diterbitkan dalam koran BISNIS INDONESIA, Senin, 18 Mei 2015
Gagasan Presiden Jokowi-JK tentang Indonesia Poros Maritim Dunia mengingatkan saya ke masa kecil dulu tentang lagu 'AKU BANGGA MENJADI BANGNSA PELAUT". Ini berarti gagasan Jokowi sangat positif yang perlu direspon oleh semua anak bangsa. menurut saya, rspon yang paling penting adalah kesungguhan negara dalam mempersiapkan generasi maritim melalui pendidikan. sebab, generasi muda kita sudah kurang faham tentang hebatnya maritim kita, Hal itu bukan salah generasi muda, akan tetapi kita-kita orang tua melakukan diskersi terhadap potensi generasinya. Saat ini saya tinggal di Tasikmalaya dekat dengan daerah Pantai tepatnya Cipatujah kawasan Tasikmalaya Selatan. Saya ingin di daerah pesisir pantai ini ada sebuah lembaga pendidikan tentang kemaritiman. Namun lembaga pendidikan yang harus diadakan/didirikan di daerah pesisir pantai itu adalah berbentuk madrasah seperti Madrasah Aliyah Kejuruan Perikanan dan Kelautan (MAK). Pendidikan kemaritiman yang berbentuk Madrasah Aliyah ini menjadi sebuah keniscayaan terutama dalam mendorong suksesnya Program NAWACITA Jokowi terutama Revolusi Mental dan Poros Maritim Dunia. Melalui lembaga MAK yang berciri khas Islamic Boarding School akan melahirkan generasi maritim yang kuat iman dan akhlaqnya, tetapi juga terampil dalam keahlian maritimnya. Wassalam. Kyai Utawi alias Ki Kuwu Sangkan.
BalasHapus