Menggagas Indonesia Cruise Center
Dalam tiga tahun belakangan ini
makin banyak kapal pesiar (cruise)
mendatangi Indonesia. Mereka bersandar di pelabuhan di seantero Tanah Air. Akibatnya,
jumlah kunjungan kapal tipe tersebut cenderung meningkat. Ambil contoh jumlah
kunjungan cruise di pelabuhan-pelabuhan
di bawah pengelolan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Surabaya, Jawa Timur.
Menurut data yang dirilis oleh
BUMN itu, sepanjang semester pertama
2013, arus kapal pesiar yang masuk ke pelabuhan-pelabuhan dalam wilayah kerja mereka
mencapai 60 unit. Pada 2010, jumlah kunjungan kapal pesiar hanya 57 unit, lalu
meningkat menjadi 76 unit di 2011. Pada akhir tahun lalu, total kunjungan kapal
pesiar mencapai 96 unit.
Dari jumlah ship
call di muka, Pelabuhan Benoa di Bali merupakan tempat terfavorit bagi
operator cruise; sekira 23 kapal
pesiar sandar di pelabuhan ini. Setelah itu Pelabuhan Lembar, Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat, 16 kapal pesiar. Sedangkan Pelabuhan Tanjung Emas,
Semarang, Jawa Tengah disandari 12 unit kapal pesiar.
Walaupun masih relatif tertinggal di belakang
Singapura dan Australia sebagai port of
origin kapal pesiar, membaiknya
jumlah kunjungan kapal pesiar ke Nusantara patut diapresiasi.
Dan, pencapaian ini bisa
ditingkatkan dengan mendirikan fasilitas khusus (dedicated terminal) untuk kapal pesiar lengkap dengan sarana
pendukungnya dan biasanya terpisah dengan terminal lainnya. Fasilitas khusus
untuk kapal pesiar ini di kalangan pelayaran internasional dikenal dengan
sebutan cruise center.
Bergabung terminal barang
Jika kita mendatangi
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, pelayanan kapal pesiar diselenggarakan di terminal
yang memang disiapkan khusus untuk itu. Fasilitasnya lumayan lengkap dan
kenyamanannya pun cukup baik; aula untuk penumpang dilengkapi dengan pendinginan
ruangan misalnya. Namun, terminal ini masih bergabung atau bertetangga dengan
terminal terminal barang. Tidak ada yang salah dengan terminal penumpang
bergabung dengan fasilitas bongkar-muat barang.
Merujuk kepada praktek yang
lazim dalam dunia pelayaran, terminal penumpang yang beroperasi di Indonesia itu
boleh dibilang bukanlah cruise center.
Salah satu ciri cruise center adalah
fasilitas ini terpisah dari terminal barang. Di Singapura, terminal Harbor
Front dan Tanah Merah malah dibangun di luar terminal-terminal barang peti
kemas di Pasir Panjang dan barang-barang non-peti kemas di Jurong.
Karena terpisah dari
terminal lainnya (dedicated) sebuah cruise center bisa dilengkapi dengan
fasilitas pendukung seperti hotel, pusat perbelanjaan dan berbagai leisure center lainnya. Inilah yang
masih belum bisa kita sediakan untuk para wisatawan yang selama ini menyambangi
Tanah Air dengan menggunakan kapal pesiar.
Dengan modal sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikarunia begitu banyak kelebihan, salah
satunya adalah sebagai segi tiga terumbu karang (coral triangle) dunia. Segi tiga terumbu
karang adalah istilah geografi yang mewakili suatu daerah berbentuk hampir segi
tiga dari perairan tropis di wilayah Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea,
Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor‐Leste.
Perairan
ini mengandung 500 spesies pembentuk
terumbu karang di setiap ecoregion. Bagi Indonesia kondisi itu tentulah
merupakan sebuah kesempatan untuk menghasilkan keuntungan dalam bentuk devisa
dan berbagai multiplier effect
lainnya jika bisa dikelola dengan baik. Singkat kata, coral triangle yang kita miliki bisa menjadikan Indonesia sebagai
basis kapal pesiar kelas dunia. Dengan semua itu kita sudah selayaknya memiliki
cruise center yang dapat dibanggakan.
Lantas,
bagaimana upaya untuk mewujudkan cruise
center itu? Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan. Pertama, pemerintah dapat mendirikan sebuah badan usaha milik
negara (BUMN) baru yang khusus diberi tugas dan wewenang yang cukup untuk
membangun dan mengoperasikannya. Kedua,
BUMN kepelabuhan atau pelayaran yang ada saat ini bisa pula dilibatkan dengan
mendirikan anak usaha yang core business-nya
membangun dan mengelola cruise center.
Ketiga, melibatkan pemerintah
kota/kabupaten, terutama daerah kepulauan.
Semoga
saja di tengah semakin signifikannya peran pariwisata dalam mendukung ekonomi
negara, suatu saat, gagasan mengenai cruise
center ini bisa terwujud. *****
Diterbitkan dalam harian KONTAN edisi Senin, 23 Desember 2013
Komentar
Posting Komentar